Uni Eropa akan mencari pasokan gas tambahan dari negara-negara termasuk Amerika Serikat untuk menggantikan suplai dari Rusia, serta mempercepat pengembangan energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan pada bahan bakar tersebut, menurut pernyataan Komisioner Energi Uni Eropa.
Uni Eropa telah berkomitmen untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dari Rusia pada tahun 2027 sebagai respons terhadap perang di Ukraina. Meskipun pengiriman gas melalui pipa dari Rusia telah menurun drastis, Uni Eropa meningkatkan impor gas alam cair (LNG) dari Rusia tahun lalu.
"Daripada menggunakan uang pajak, uang warga, untuk membayar gas yang keuntungannya masuk ke kantong perang Putin, kita harus memastikan bahwa kita memproduksi energi kita sendiri," kata Komisioner Energi Uni Eropa Dan Jorgensen dalam sebuah wawancara bersama media, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Jorgensen menyatakan bahwa Brussel sedang mempersiapkan perubahan aturan perizinan untuk mempercepat pembangunan energi terbarukan. Ia juga mengatakan bahwa Uni Eropa akan meningkatkan upaya untuk mencari pasokan alternatif bagi industri dan pemanas rumah tangga di mana gas tidak dapat segera digantikan oleh listrik.
"Dan tugas saya adalah memastikan bahwa itu murah dan bukan dari Rusia," tambahnya. "Masih akan ada kebutuhan akan gas, dan untuk itu kita harus mencari sumber lain selain Rusia, yang juga bisa berarti impor lebih besar dari AS."
Harga gas acuan Eropa naik ke level tertinggi dalam dua tahun pekan lalu. Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah memperingatkan sebelum menjabat pada Januari bahwa Uni Eropa akan menghadapi tarif perdagangan kecuali mereka mengimpor lebih banyak minyak dan gas dari Amerika Serikat.
Komisi Eropa tidak secara langsung membeli gas, tetapi telah menyusun rencana untuk berinteraksi dengan pemasok LNG dan mempertimbangkan investasi dalam infrastruktur ekspor LNG di luar negeri untuk mengamankan lebih banyak kontrak jangka panjang dengan harga yang stabil, menurut dokumen rancangan yang dilaporkan awal pekan ini oleh Reuters.
Berdasarkan undang-undang Uni Eropa, kontrak gas Eropa harus berakhir pada tahun 2049 untuk sejalan dengan target krisis iklim blok tersebut dalam mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.
Jorgensen menolak berkomentar tentang dokumen rancangan yang bocor, yang diharapkan akan diterbitkan oleh Komisi minggu depan. Namun, ia mengonfirmasi bahwa Komisi sedang bekerja pada pengendalian yang lebih ketat terhadap pasar gas untuk menghindari perdagangan spekulatif yang menyebabkan lonjakan harga, dan akan mengusulkan "instrumen keuangan" minggu depan yang dirancang untuk memisahkan harga listrik ritel dari harga gas yang tinggi.
Aturan pasar listrik Uni Eropa berarti bahwa, meskipun Eropa dengan cepat memperluas energi terbarukan, harga gas tetap menjadi penentu harga listrik yang dibayar banyak konsumen Eropa.